Bukan sesulit menentukan apakah harga ВВМ perlu dinaikkan atau memutuskan untuk membubarkan organisasi Islam tertentu ala pimpinan negara. Juga bukan sesulit Mourinho menentukan starting eleven dalam El Clasico ke-121341242353 musim ini disaat pemain banyak yang absen karena cedera atau akumulasi kartu.
But it was hard, I tell you. Menentukan mau melanjutkan kerja dimana di titik yang sangat krusial untuk masa depan benar2 menguras tenaga, pikiran, hati, dan ketegaran.
Try to stand in my shoes, katakanlah kamu a girl not yet a woman usia 22 tahun. Punya mimpi dan motivasi yang tinggiiiiii dalam hidup. Somehow stuck in a place yang punya irama kerja yang tergolong slow untuk dinamika hidupnya. Cukup diakui kemampuannya tapi kurang dihargai dalam arti yangg sebenarnya (a.k.a digaji bagai kuli). Pas diakhir kontrak datang tawaran lain yang benar2 menjanjikan, yang sesuai dengan karakternya, yang mau menghargai kemampuannya...
Well, sounds easy at the beginning, siapapun yg dengar gak perlu think twice dan pasti akan menyarankan untuk pindah ke perusahaan baru ini. Tapi ternyata urusannya lebih kompleks dari itu, aku dihadapkan dengan seribu faktor X di luar memilih salary yang tepat.
Tempat aku kerja saat ini gak buruk, in fact kami (can I say "kami" now?) bergerak di bidang pendidikan yang menurut aku sangat mulia objective nya. Secara organisasi kalau diibaratkan dengan manusia mungkin cocok disebut sedang dalam masa pertumbuhan. Kebijakan-kebijakan banyak yang belum fix dan tumpang tindih, sistem belum berjalan sepenuhnya. Tapi disisi lain banyak juga yang positif, cukup banyak orang-orang muda yang punya pemikiran ok dan masih punya semangat untuk membangun dan mengembangkan tempat ini. I believe soon this place will be outstanding.
Kalau secara pribadi aku cukup nyaman kerja di sini, mereka (pimpinan) gak buta dengan hasil kerja bawahan. Yang berprestasi bakal dapat compliment while yang nyeleneh juga dapat teguran. Banyak hal yang aku pelajari selama 6 bulan kerja di sini. As a fresh graduate they welcome me very well. Aku yang notabene nya tipe orang yang introvert dan sulit akrab dengan orang baru pada akhirnya bisa juga berbaur dengan mereka (with huge effort in my side :P). Tentang like and dislike sih gak perlu dibahas ya, soalnya itu gak bisa dihindari selama masih ada di kolong bumi. hehe
Fasilitas bisa dibilang lumayan, tempat bekerja nyaman, lokasi juga strategis walaupun agak jauh dari rumahku (emang ada tempat yang gk jauh dari rumahku?). Aku juga melihat prospek yang cukup baik untuk aku mengembangkan diri di bidang pendidikan.
But, seperti yang aku bilang mereka benar2 menggaji aku kayak kuli. Hello, aku susah-susah kuliah S1 sehingganya punya gelar S.I.Kom! Belum lagi dibalik gelar itu aku sisipkan gak cuma IPK yang di atas rata-rata tapi juga pengalaman organisasi yang cukup untuk masuk dunia kerja. Orang tuaku banting tulang, peras keringat buat bikin aku jadi seperti ini. Tapi sampai saat ini bahkan aku belum bisa kasih apa-apa untuk mereka. Aku benar-benar geleng kepala, miris setiap liat slip gaji. I don't mean to be arrogant, aku yg paling tau limit aku dan aku merasa pantas untuk di gaji lebih dari itu.
Then, kesempatan itu datang. Saat aku bener2 gerah tentang kepastian hidup aku dsini, aku taruh CV ditempat lain dan setelah lewat beberapa rangkaian tes mereka mw hire aku dgn paycheck awal (masa training) 2,5 kali lipat dr tempat yg lama.
Oke disini lah mulai masuk ke complexity nya. I have comitment, a big one, yg menahan aku untuk bekerja di tempat yang gak terlalu sulit secara time allocation atau beban kerja (won't tell much about this now). Tapi disisi lain aku tau aku bisa, kalau ada sesuatu yg bisa aku banggain dari diri aku itu adalah kemamauan untuk belajar, belajar, dan belajar. Jadi selama aku mau belajar, apapun bisa aku raih kan? Walaupun rumour has it that working di tempat yang baru ini bakal 2 kali lebih capek, lebih menantang, lebih sulit tapi aku yakin aku bisa. Honestly aku jg merasa tertantang.
I was really confused, aku dihadapkan sama dua pilihan yang bener-bener fifty fifty. Dua duanya punya plus and minus side yang sama. Orang-orang terdekat aku juga punya pendapat yang berbeda tentang ini, ada yang menyarankan ambil dengan alasan yang sudah jelas (gaji, karier, masa depan) ada juga yang pengen aku tetap di tempat lama (minoritas sih hehe). Bener-bener gak bikin aku bulat mau ambil keputusan apa.
Finally, sampai di titik aku perlu mendalami diri aku sendiri, apa sebenarnya yang aku mau? Mau konsen ke karier dengan segala macam kesibukannya, barter semua waktu, tenaga, pikiran yang aku punya dengan uang. Atau aku mau fokus ke hal lain yang juga penting dalam hidup yaitu berkeluarga, membangun rumah tangga, punya anak, membesarkan mereka dengan baik sambil tetap bekerja di tempat yang tentunya bisa mentolerir itu semua?
Ok, akhirnya aku punya rencana yang lebih baik: BARGAIN. Aku akan pilih tempat yang lama asal mereka bisa lebih menghargai aku dan kemampuan aku. Gak perlu digaji setinggi ditempat baru kok, asal bisa diterima sama akal manusia aja. Rise my paychech or I go, bukan ancaman, lebih kayak permohonan malah. Singkat cerita mereka approve permohonan aku, mereka terima standard gaji yang aku inginkan dengan syarat beban kerja aku ditambah (??).
Hari ini aku datangi perusahaan yang baru itu, aku berterima kasih, pamit baik-baik dan minta maaf karena gak bisa menandatangani kontrak. Untungnya mereka mau mengerti dan menghargai keputusan aku. This is the power of communication!! Here i am now, kembali ke meja kantor ini yang selama 6 bulan menemani. Aku berusaha mengikhlaskan apapun yang telah aku lepaskan. Kalau rezeki gak akan lari kemana kan? :)
Tapi dari ini semua aku dapat banyak pelajaran hidup. Aku bangga karena aku stay true sama prinsip aku untuk menghargai diri sendiri dan yakin sama kemampuanku. Dengan itu aku berhasil membuat orang lain value high diri aku seperti aku melihat diri sendiri. Selain itu aku punya shout out untuk karyawan-karyawan di mana pun saat ini. Kalau kalian merasa punya segala faktor untuk digaji layak, performance kalian baik, latar belakang pendidikan sesuai, load kerja besar, jangan takut-takut untuk speak up harapan kalian. Kita berhak dan layak, maka jangan takut. Cuma satu syaratnya: Bertanggung jawab dengan permintaan kita itu. Lakukan kewajiban dengan baik.
Gajiku tetap gak segede karyawan bank :), tapi hatiku nyaman dan semua pihak senang. Win win solution!! I can continue what I had planned and even have a better plan for the upcoming year.
:))
No comments:
Post a Comment